IDEAL VS REALITAS

— Refleksi Mazmur 23 dan 51–

Mazmur 23 adalah kesaksian Daud akan penggembalaan Allah. Ini sekaligus sebuah harapan—harapan akan sesuatu yang ideal. Bahwa ketika hidup digembalakan oleh sang Gembala Agung, maka seseorang tidak akan kekurangan makanan, minuman, pimpinan-tuntunan dan penyediaan Allah dan kemenangan—pesta di hadapan musuh. Rumput hijau bukan hanya cukup untuk makan; bahkan untuk berbaring. Aliran air yang tenang menjadi gambaran akan kecukupan kebutuhan emosi, psikologis dan bahkan material. Gada dan tongkat TUHAN menjadi jaminan double security bagi Daud. Itu sebabnya Daud tidak takut bahaya sekalipun ia berjalan dalam bayang-bayang maut.

Namun, realitanya… ketika kita membaca Mazmur 51; apa yang ideal itu tidak terjadi dalam rumah tangganya. Keluarganya dipenuhi pergumulan. Daud menjerit: keluargaku hancur, aku berselingkuh, aku ditinggalkan isteriku, anak-anakku hancur… hidupku brengsek… diam-diam aku menyembunyikan dosa!

Kita selalu menemukan adanya kontradiksi antara yang ideal dan realita. Keluarga-keluarga Kristen mengerti apa yang ideal bagi hubungan dan keluarga mereka. Akan tetapi, sesuatu yang ideal itu seringkali tidak terjadi—hidup menjadi penuh masalah, hubungan menjadi panas-dingin, rumah menjadi seperti ‘neraka’ penuh dengan pertengkaran. Perkara kecil menjadi besar; mudah terjadi eskalasi emosi—sedikit kemarahan cukup untuk menyalakan api pertengkaran. Dosa-dosa kesayangan merusak hubungan: pornografi, perselingkuhan, penyimpangan seks dan lainnya turut menjadi perusak relasi.

Bagaimana kita bisa reach-out… keluar dari semua ini? Seperti Daud, dalam pengakuannya ia berkata: “janganlah membuang aku dari hadapanMu; dan janganlah mengambil Roh-Mu yang kudus dari padaku.” (Maz. 51:13). Butuh pengakuan dan iman kepada ALLAH. IA sang penyembuh menanti siapa saja yang bergumul antara idialisme dan realitas. Pulanglah dan IA sang Gembala Agung itu akan menuntunmu kembali.

–Figthing for Your Marriage–